Jumat, 14 Oktober 2011

Teknologi Robot

Teknologi Spyke

Robot keluaran dari Meccano yang diberi nama Spyke adalah robot yang dikontrol melalui teknologi Nirkabel (Wifi).
Berarti anda bisa mengontrolnya darimanapun anda suka selama ada jaringan WIFI disekitar robot tersebut.
Robot ini mempunyai kelengkapan kamera video, mikrofon dan 2 speaker di dalamnya. Makanya diberi nama dengan Spyke karena robot ini bisa bertugas untuk memata-matai musuh anda. Kamera yang ada bisa mendeteksi gerakan sehingga apabila maling datang ke rumah anda maka si Spyke dapat membunyikan alaram atau bahkan mengirim gambar si maling melalui E-mail.
Apa lagi yang kurang dari Spyke??
Oh iya, dia juga dapat berfungsi sebagai MP3 player loh!
Kalau anda menginginkannya, anda bisa mendapatkannya dengan harga sekitar Rp. 4.000.000,-

Teknologi Sistem Fuzzy


Aplikasi-aplikasi yang menggunakan sistem logika fuzzy sering sekali dianggap atau dinamakan sebagai pengendali fuzzy (fuzzy control). Padahal disamping pengendali fuzzy terdapat bermacam-macam teori yang digunakan pada aplikasi-aplikasi fuzzy seperti klasifikasi fuzzy (fuzzy clasification) dan diagnosis fuzzy (fuzzy diagnosis). Pada tulisan ini akan dipaparkan masalah dalam teknologi fuzzy dan perbedaan antara pengendali fuzzy dengan klasifikasi fuzzy dan fuzzy diagnosis.

Teknologi Robot Humanoid Jepang


Cerita teknologi robot Jepang tak ada habis-habisnya. Setelah sukses dengan robot yang lincah menari dan berjalan, Jepang kembali dengan terobosan baru. Negara Matahari Terbit ini mengusung robot humanoid (menyerupai manusia) yang mampu menyajikan teh dan mencuci gelas.
Tidak puas dengan robot yang mampu melayani minum teh, Jepang juga mengembangkan robot yang belajar dari kesalahan. Tomomasa Sato seorang profesor terus melakukan eksperimen robot humanoid. Dalam sebuah skenario, profesor ini menempatkan dua robot pada sebuah ruangan tamu. Kemudian Profesor Tomomasa Sato merebahkan badan pada sebuah sofa dan menghidupkan lampu baca. Kemudian Tomomasa Sato mengangkat tangannya memanggil robot yang bernama HRP-2W. Robot ini dilengkapi dengan celemek dan sarung tangan dapur. Robot itu merespon dan merespon serta menanyakan keinginan profesor Sato.
HRP-2W melakukan apa yang diinginkan oleh profesor Sato. HRP-2W ke dapur, kemudian mengambil sebuah botol plastik yang berisikan tes dan dituangkan ke dalam gelas. Barulah robot yang dirancang dengan dua kaki ini menyajikan ke profesor Sato. Roobot humanonid ini didedikasikan untuk memudahkan kebutuhan manusia.

Teknologi Robot Sepak bola

Dua perusahaan Jerman memperkenalkan model terbaru robot pengintai dan sekaligus penjinak bom. Upaya teknologi baru dalam sistem keamanan Piala Dunia.
Panitia penyelenggara terus mencari berbagai cara untuk menjamin kemanan Piala Dunia. Juga teknologi keamanan terbaik untuk ajang akbar itu. Termasuk robot anti bom. Dua perusahaan Jerman, Robowatch dan Diehl, baru saja meluncurkan sebuah robot lain, yang akan jadi pengintai dan sekaligus penjinak bom.
Mesin seberat 38 Kilogram itu akan membantu brigade pemadam kebakaran, polisi dan pasukan khusus, dalam menangani situasi lapangan, jika terjadi serangan teroris.
Robot yang dilengkapi dengan pendeteksi jejak elektronik dan kamera mini tersebut dapat menjelajahi ruangan, menemukan bom dan mengirimkan data-data penting kepada pasukan keamanan. Asendro, nama sang robot, tampak seperti miniatur tank dan sedikit lebih besar dari alat penyedot debu. Asendro dapat merayap cepat di atas lantai kayu, berputar dan membentangkan lengannya yang dilengkapi dengan kamera.
Selain itu, Asendro dapat pula menaiki tangga atau memotong sumbu peledak. Berbagai jenis kamera yang dipasang ditubuh sang robot, mampu mengirimkan gambar dalam jarak 2 kilometer selama 2 sampai 4 jam. Menurut Robowatch dan Diehl, robot yang bernilai 55.000 sampai 200.000 ribu Euro, atau 600 juta hingga 2 milyar Rupiah itu dirancang berukuran kecil dan gesit, serta lebih cepat dan fleksibel dibanding model lain yang serupa.
Sebelumnya, Robowatch memproduksi robot lain untuk Piala Dunia. Yakni Ofro Detect, yang diluncurkan 10 bulan lalu, bersama model lain di stadion Olympia Berlin. Dalam pertandingan final di Berlin, 9 Juli 2006, direncanakan setidaknya 20 robot akan berjaga-jaga di sekitar pagar stadion dan tempat parkir.

Teknologi Robot Asimo

Rasanya sulit memisahkan Jepang dengan robot. Kita tentu masih ingat dengan sejumlah anime robot yang sudah dikenal hampir di seluruh dunia seperti astroboy, doraemon, gundam dan sejenisnya. Kalau dulu kita hanya bisa melihat robot2 tersebut di layar tv, sekarang kita sudah bisa menyentuh dan melihat secara langsung robot2 tersebut beraksi. Perkembangan robotika di Jepang mengalami kemajuan yang pesat dalam 30 tahun terakhir ini. Perusahaan2 elektronik berlomba melahirkan berbagai macam robot dengan segala keistimewaannya. Sebut saja Sony dengan aibo si robot anjing, Honda dengan robot 2 kaki Asimo-nya, ataupun Toyota dengan robot peniup trompetnya. Selain itu universitas2 di Jepang serta badan2 riset juga semakin kencang dalam melakukan riset di bidang robot ini. Hal ini ditandai dengan beragamnya robot2 yang lahir dari riset yang dilakukan universitas di Jepang. Pemerintah Jepang juga gencar membantu dan mendukung baik dari segi dana maupun fasilitas untuk kemajuan robot di negeri ninja ini. Melihat hal2 diatas, tidak heran Jepang berhasil menyodok dan menyamai prestasi negara2 barat seperti Amerika dan Jerman dalam kemajuan riset robot.

Teknologi Robot Berdansa


Robot berdansa (cvl.iis.u-tokyo.ac.jp)
Tokyo – Di Jepang, perkembangan robot memang cukup pesat. Mulai dari robot pembantu hingga robot pengganti dokter. Kini, robot yang mampu berdansa pun hadir.
Para ilmuwan dari University of Tokyo telah berhasil menciptakan robot yang bisa mengikuti gerakan penari manusia. Ya, robot yang bisa berdansa seperti layaknya manusia.
Pembuatan robot HRP-2 bipedal yang bisa berdansa tersebut digagas oleh Shin’ichiro Nakaoka dan dibantu oleh rekan-rekan dari universitas Tokyo. Teknologi yang digunakan adalah teknologi penangkap gerakan, sehingga gerakan dansa seseorang bisa terekam dan segera diikuti oleh sang robot.
Walau kemampuan robot itu bisa dikatakan tidak meragukan, namun ada beberapa hal yang menjadi problem. Yaitu mem-program sang robot agar tetap dapat mengikuti gerakan yang sulit namun dengan keseimbangan yang tetap baik.
Seperti dilansir Vnunet dan dikutip detikINET, Sabtu (11/8/2007), tak lama lagi, dunia akan menyaksikan robot tersebut menari tarian balet ‘Swan Lake’. Namun, menurut para ilmuwan, robot ini tidak bisa mengikuti melakukan balet yang seringkali loncat dan membiarkan kedua kakinya di udara beberapa kali.
Hingga saat ini, robot tersebut telah didemonstrasikan dan menari tarian tradisional Jepang, ‘Aizu-Bandaisan’ yang banyak mengunakan gerakan badan daripada kaki.

Teknologi Robot Runbot


Runbot (Woergoetter dkk.)
Jakarta – Ilmuwan di Jerman berhasil menemukan cara untuk membuat robot berjalan mirip manusia. Bukan hanya mirip, robot ini pun bisa berjalan cepat dibandingkan robot serupa yang sudah ada.
Robot itu bernama Runbot, sebuah robot berkaki dua berukuran kecil yang bisa bergerak sejarak tiga kali panjang kakinya dalam satu detik. Ini hanya sedikit lebih lambat dari kecepatan manusia saat berjalan dengan cepat.
Robot ini menggunakan teori ‘otak dengkul’ yang dikemukakan pertama kali oleh NIkolai Bernstein pada era 1930-an. Teori itu pada intinya mengemukakan bahwa otak manusia (yang ada di kepala) tidak melulu memproses cara berjalan.
Otak, ujar Bernstein, hanya bekerja saat berjalan dari satu permukaan ke permukaan lain, misalnya dari lantai ke rumput, atau saat permukaan tidak rata. Selebihnya, kemampuan berjalan ditangani oleh ‘otak’ alias syaraf-syaraf di tulang punggung dan kaki, termasuk di dengkul.
Dengan menerapkan teori tersebut, Profesor Florentin Woergoetter dan tim dari Universitas Gottingen, Jerman, berhasil membuat Runbot. Tim Woergoetter mencakup ilmuwan dari berbagai latar belakang, termasuk Poramate Manoonpong, Tao Geng, Tomas Kulvicius dan Bernd Porr.

Teknologi Robot Humanoid terkecil di Dunia

robot humanoid
Perkembangan dunia robot memang semakin maju. Salah satu jenis yang paling intens dikembangkan adalah robot humanoid. Mereka mulai “berbaur” dengan lingkungan manusia. Ada yang menjadi resepsionis, perawat, atau asisten pribadi. Tapi, beberapa di antara mereka masih berukuran besar. Kalau yang berukuran kecil? Mungkin baru GeStream yang bisa membuat.
Tidak hanya kecil, robot itu diklaim pembuatnya sebagai yang terkecil di dunia. Sebelum ini, pemegang rekor robot terkecil adalah i-SOBOT. Robot buatan Tomy Takara tersebut mempunyai tinggi 16,5 cm. Ia pun mendapatkan penghargaan dari Guinness World Record sebagai robot terkecil di dunia.
Sementara itu, Robot buatan GeStream mempunyai tinggi 15 cm dengan berat 250 gram. Robot mungil tersebut juga mempunyai beragam kemampuan. Ia mampu melakukan 65.536 gerakan layaknya manusia. Gerakan lain yang bisa dilakukan adalah push-up, main sepak bola, menghormat ala Jepang, dan menari.
“Ini akan menjadi robot paling kecil, ringan, dan ekonomis di dunia,” ujar Chang Ho Yu, general manager GeStream Technology Inc.
Ketika sang robot jatuh tertelungkup, ia bisa bangkit sendiri. Setelah itu, langsung berjalan dengan “kaki”. Kemampuan robot tersebut rencananya masih ditambah beberapa fitur. Misalnya, voice control serta variasi bentuk dan warna. Bahan pembuatnya mayoritas terdiri atas metal.
Belum ada kepastian kapan robot itu beredar di pasaran. Kabarnya, ia akan dijual dalam bentuk komponen yang harus dirakit sendiri oleh konsumen. Harganya diperkirakan USD 185 atau sekitar Rp 1,73 juta dan USD 200 atau sekitar Rp 1,88 juta.
Produk itu pertama dikenalkan pada acara Global SMEs. Sebuah ajang ekshibisi elektronik di Malaysia. Selain memproduksi alat elektronik, GeStream merupakan perusahaan spesialis robot. Produk buatannya, antara lain, meliputi Electronic Pet, Entertainment Robot, Industrial Robot, dan Thermal Module serta Thermal Cooler untuk PC dan VGA Notebook.
Setelah ini, cerita dongeng manusia yang berinteraksi dengan liliput mungkin bakal terwujud. Tentu menarik kalau suatu saat di dunia nyata, kita benar-benar bisa melakukan aktivitas sehari-hari ditemani makhluk mungil tersebut.

Teknologi Robot Bear, Robot Penyelamat Prajurit

Inovasi teknologi di bidang rekayasa robot berkembang tiada henti. Robot terus dirancang menggantikan tugas manusia. Salah satunya Bear, robot yang diciptakan untuk menyelamatkan prajurit yang terluka di medan perang. Kehebatan Bear diperagakan di Massachusetts, Amerika Serikat, baru-baru ini.
Bear dilengkapi piranti lunak khusus yang membuatnya mengenali kondisi lapangan lewat objek yang bergerak. Tak hanya itu, robot ini juga mampu mengidentifikasi korban hidup atau mati. Bear juga mampu melindungi diri dari serangan senjata maupun bom.
Kendati ukurannya tidak terlalu besar, Bear mampu menggotong prajurit terluka. Bahkan dia diklaim mampu bekerja lebih cepat dari regu penolong. Sebab Bear diciptakan untuk melakukan yang tak dapat dilakoni regu penolong ketika perang berkecamuk.
Sejauh ini teknologi robot penyelamat prajurit ini terus dikembangkan dan dimodifikasi sesuai kebutuhan di lapangan. Bahkan Departemen Pertahanan AS sudah mengeluarkan biaya US$ 3 juta atau sekitar Rp 27 miliar untuk pengembangan model Bear yang ketiga.

Teknologi Robot Antik Lihai Menari

Liputan6.com, Tokyo: Warga Jepang berhasil menciptakan sebuah robot pintar, baru-baru ini. Robot yang diberi nama Rolly ini dapat menggerakkan tangan dan menari mengikuti irama musik. Bahkan robot bisa berputar-putar layaknya orang yang berdansa.
Rolly dapat diprogram sesuai dengan ritme musik oleh pemiliknya. Pemilik robot bisa menentukan gerakan yang rumit. Program ini sebelumnya didesain di dalam komputer kemudian ditransfer ke robot dengan bluetooth.
Selain dapat dijadikan peliharaan, Rolly juga berfungsi sebagai alarm. Rolly dapat memuat 600 lagu dengan file MP3. Robot antik yang dilepas dengan harga 40 ribu Yen atau sekitar US$ 354 ini akan dirilis pada 29 September mendatang di Jepang.(JUM)

Teknologi Robot Anjing akan Dikirim ke Mars

California – Sebuah robot anjing suatu hari nanti mungkin akan dikirim ke planet Mars untuk mengeksplorasi permukaan planet merah itu.
Untuk itu, sebuah konsep baru sedang dikembangkan di University of Southern California (USC). Ilmuwan robot mereka, Stefan Schaal meneliti kemungkinan penggunaan kaki, dan bukan roda, sebagai sarana robot untuk berjalan.
Selama ini robot berkaki biasanya hanya beraksi baik jika berjalan di permukaan halus. “Kami menginginkan kaki robot yang handal berjalan di permukaan kasar (berbatu-red) sekalipun.” sebut Schaal seperti dikutip detikINET dari Softpedia, Selasa (10/7/2007).
Robot anjing yang sedang dikembangkan tim di USC didesain untuk menaklukkan area bebatuan dan lembah. Bahkan, robot itu diharapkan mampu melakukan lompatan kecil. Seukuran anjing mainan, pada masa depan robot anjing ini diharapkan bisa dikirim ke Mars dalam misi eksplorasi geologi atau bahkan menjadi pendamping astronot yang mungkin dikirimkan ke sana.
Sayangnya, kecepatan robot ini masih sekelas siput yaitu hanya 1,6 cm per detik. Tapi jangan pesimis dulu, kecepatan robot penjelajah planet merah ini sudah cukup tinggi. Sojourner, robot yang sekarang menjelajahi Mars, hanya memiliki kecepatan 1,2 cm per detik.
Meski robot anjing, nantinya robot ini kemungkinan tak akan diberikan kemampuan menggonggong. Pasalnya, di permukaan Mars suara gonggongan tak akan terdengar karena tak adanya atmosfer.

Teknologi Robot Pelayan Dikembangkan Jepang

Tokyo, SeninMeskipun gerakannya masih agak kaku, lambat, dan suaranya monoton, robot tersebut dapat memindahkan saluran televisi menggunakan remote control yang ada di dadanya atau membawa secangkir minuman untuk Anda. Dalam beberapa tahun ke depan, robot humanoid berkode HRP-2 akan membantu beberapa jenis pekerjaan di rumah.
Robot yang diberi nama Promet tengah dikembangkan oleh National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (AIST). Ia didesain untuk
merespon perintah verbal dan memiliki kemampuan merekam bentuk tiga dimensi menggunakan sensor inframerah. “Kami berharap untuk membuatnya setara dengan kemampuan anjing,” kata Isao Hara, peneliti senior pada lembaga yang berpusat di Tsukuba, sebelah timur laut Tokyo saat mendemonstrasikan sepasang robot berwarna perak dan biru itu. “Saya kira kemungkinannya sangat besar untuk berinteraksi dengan manusia. Kami sedang mempelajari bagaimana robot bergabung di dalam komunitas manusia,” lanjutnya.
Ketika Hara berkata kepada salah satu robot, “Ke sinilah,” robot tersebut akan meresponnya dengan berkata, “Apa yang dapat saya bantu?” Diminta untuk mematikan televisi, Promet akan berkata, “Saya akan matikan TV,” sebelum menjalankan perintah tersebut. Begitu pula saat Hara meminta sebotol jus, perintah tersebut diteruskan kepada robot lainnya dengan berkata, “Tolong jalankan perintah ini.
” Robot kedua akan mendekati lemari pendingin, berdiri di depannya kemudian berkata, “Lokasi lemari pendingin ditemukan.” Kemudian ia berkata, “Sedang mencari jus,” sambil membuka pintu lemari pendingin pelan-pelan dengan tangan kanannya, mengambil sebotol minuman dengan tangan kirinya, lalu menutup pintu. Ia lalu berjalan ke arah Hara dan
menaruh minuman pelan-pelan di meja terdekat. “Terima kasih,” kata Hara.
Kedua robot dapat melakukan gerakan seperti manusia kecuali berlari. “Agar dapat berinteraksi dengan manusia, sebuah robot harus dapat merespon percakapan serta memantau objek di sekitarnya, mengenalinya, dan melakukan sesuatu terhadapnya secara otomatis,” katanya. Seperti anjing, mereka dapat memberikan bantuan. Misalnya, ketika Anda tidak kuat berjalan karena persendian sakit, robot dapat melakukan sesuatu untuk membantu Anda sehingga merasa lebih baik”.
Jika robot mulai menolak instruksi yang diberikan, artinya energi baterainya mulai habis. Salah satu Promet sempat benar-benar berhenti saat demontrasi berlangsung dan baterai yang memasok energi untuk gerakannya harus diisi ulang terlebih dahulu.
Pengembangan robot di Jepang tergolong paling maju di seluruh dunia. Berbagai perusahaan seperti Hitachi, Sony, Honda, dan Toyota Motor Corp
telah mengembangkan berbagai jenis robot humanoid. Robot juga digunakan
dalam berbagai proses industri untuk menggantikan peran manusia.